Skip to main content

Semangat yang Tak Pernah Padam Dari Seorang David Hidayat Dalam Memberdayakan Wilayah Pesisir

Lautan yang begitu luas membuat Indonesia dijuluki sebagai Negara Maritim, serta wilayah pesisir adalah andalan sumber pendapatan masyarakat Indonesia. Wilayah pesisir merupakan pertemuan antara ekosistem laut dan darat yang saling berkeseimbangan, sehingga diperlukan berbagai perencanaan dan pengelolaan yang lebih efektif, namun dengan kekayaan laut Indonesia yang melimpah nyatanya tak menjamin kemajuan di wilayah Pesisir, semua ini bermula dengan rusaknya wilayah lingkungan pesisir diakibatkan terumbu karang yang rusak, kecepatan abrasi pantai akan bertambah sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat wilayah pesisir pantai.

Hal ini lah yang menjadi latar belakang David Hidayat seorang Sarjana Perikanan dan Kelautan Universitas Bung Hatta ingin memulai terobosan dalam hal konservasi laut dan pemberdayaan masyarakat pesisir. Kerusakan pesisir ini terjadi di kampung halaman David sendiri yakni di Sumatera Barat, tepatnya di Pesisir Laut Sungai Pinang, akibat rusaknya wilayah pesisir ini membuat David resah dan berinisiatif untuk memajukan wilayah pesisir dan konservasi laut. 

Rasa kepeduliannya terhadap lingkungan sendiri ini sudah ada sejak dia duduk dibangku Mahasiswa Perikanan dan Kelautan, hingga akhirnya dia balik ke kampung dan melihat situasi adanya kerusakan wilayah pesisir akibat perilaku tidak bertanggung jawab dari masyarakat  serta banyaknya potensi alam yang tidak dimanfaatkan secara maksimal maka dia pun memulai dengan mengumpulkan teman – teman pemuda untuk mulai bergerak peduli kepada lingkungannya, Tahun 2009 menjadi masa pertama kalinya David mengajak teman-teman mahasiswa untuk melakukan kegiatan konservasi Laut Sungai pinang.

 Tak dipungkiri, dalam memulai suatu terobosan yang baru ini tentunya sebagaian masyarakat memandang dengan pandangan yang tidak terlalu suka akan kegiatan yang David lakukan, namun semua ini tak menyulutkan niat nya untuk mengatasi segala permasalahan di Wilayah Pesisir. Bahkan hingga, orang terdekat yakni Orang tua David sendiri juga menentang segala pilihannya, namun David berhasil membuktikan bahwa Keberhasilan tidak hanya diukur dari luarnya tapi sesungguhnya adalah dengan memberikan manfaat kepada wilayah sekitar kita.

 Pada dasarnya masalah kerusakan wilayah pesisir Laut Sungai Pinang ini didasari dengan penggunaan alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan, wisatawan yang sengaja atau tidak sengaja menginjak bahkan mengambil dan membunuh biota laut yang hidup di sekitar terumbu karang, sehingga memperparah kerusakan wilayah pesisir Laut Sungai Pinang, dan jika dibiarkan makan akan berdampak pada kelestarian alam serta kondisi ekonomi masyarakat.

David sendiri memulai kegiatan ini dari 2009 dengan mengajak teman mahasiswa dengan membuat suatu kegiatan konservasi dan pengabdian masyarakat di Pesisir Laut Sungai Pinang, kemudian aktivitas ini juga terus berlangsung hingga tahun 2015, dimana David sendiri resmi mendirikan klub selam yang bernama Andespin ( Anak Desa Sungai Pinang) yang beranggota masyarakat pemuda sekitar dan teman mahasiswa yang memiliki minat dengan lingkungan untuk pelestarian wilayah pesisir. Mereka melihat kekayaan yang melimpah tidak sebanding dengan pemanfaatan potensi yang ada di wilayah pesisir untuk itu perlunya mengajak masyarakat sekitar pesisir Laut Sungai Pinang untuk bersama-sama dalam konservasi laut dan pemberdayaan wilayah pesisir, demi memajukan ekonomi masyarakat pesisir. Kegiatan utama Andespin yakni menyelam, pengelolaan mangrove serta transplantasi terumbu karang.

 


                            (Dokumen Foto diambil dari instagram David)


        Melihat kondisi mangrove yang memperihatinkan  inilah yang membuat David Hidayat terjun dalam pengelolaan mangrove diantaranya penanaman pohon mangrove, membentuk kawasan konservasi hutan mangrove agar terjaga dengan baik serta memberikan sosialisasi atau pemahaman kepada masyarakat. Untuk penanaman mangrove kembali pada dasarnya tidaklah mudah dikarenakan luasnya lahan yang perlu di tanami, namun disini David mengajak ibu – ibu  masyarakat sekitar untuk menyemai mangrove. Proses penanaman mangrove yang panjang dan bertahap diawali dengan mencari tempat pembibitan, pengisian tanah di Polybag dan mengatur kadar air, penanaman bibit hingga penyimpanan dan penanaman kembali di lokasi. Dengan semangat yang kuat untuk memajukan wilayah pesisir, dalam sehari ibu rumah tangga ini mampu menanam 700 bibit mangrove.


                                        (Dokumen Foto diambil dari instagram David)


    Selain Mangrove, David juga memiliki project konservasi terumbu karang, Terumbu karang merupakan salah satu indikator teciptanya keseimbangan ekosistem laut, yang biasanya digunakan sebagai tempat tinggal biota laut. Selain itu dengan adanya terumbu karang maka akan mencegah gelombang besar yang berakibat memporak-porandakan semua benda dan makhluk hidup yang ada di pantai. David bersama klub Andespin melakukan penyelaman guna melihat dan memantau Terumbu karang, jika ada terumbu karang yang rusak, maka segera mereka melakukan transplantasi terumbu karang dengan cara mencari karang-karang yang patah kemudian dipindahkan dan ditanam pada media tanam yang berupa rangka besi yang berbentuk persegi.


                                       (Dokumen Foto diambil dari instagram David)


Kegiatan konservasi terumbu karang dan penanaman kembali mangrove yang dilakukan David bersama klub Andespin dan ibu-ibu masyarakat sekitar akhirnya pun memliki bukti nyata keberhasilan yang dimana, kini mulai terlihat kembali tumbuh lebat Hutan Pohon mangrove, serta ditandai dengan banyaknya kepiting mangrove yang kembali ke habitat asli. Tak hanya itu, masyarakat juga mendapatkan sedikit pemasukan dengan menjadi pemandu wisata dari wisatawan lokal dan asing yang ingin menikmati keindahan wisata mangrove. Bukan hanya itu, Nelayan juga merasakan dampak yang besar dengan memperoleh tangkapan yang melimpah berkat terumbu karang yang kembali tumbuh lestari di kawasan pesisir Laut Sungai Pinang.

 

Program Berkelanjutan

Meskipun program penanaman kembali mangrove telah berjalan berhasil namun masih banyak tugas yang harus dilakukan guna memberdayakan masyarakat wilayah pesisir, lantas David sendiri memunculkan ide dengan mengembangkan produk dari mangrove yang kemudian hasilnya akan dijual. Andespin yang diketuai oleh David Hidayat sendiri berupaya mengolah buah mangrove menjadi kopi, dengan cara dikeringkan/ dijemur setelah itu kemudian baru dapat di Roasting yang terakhir proses penggilingan hingga menjadi bubuk kopi.

Bagi David sendiri masih banyak impian yang ingin dia ukir yang tak hanya ingin menyelamatkan Laut Sungai Pinang demi terus memajukan Ekosistem wilayah pesisir tapi juga untuk menyelamatkan laut Indonesia. Selain itu dengan menjadi Penerima Satu Indonesia Awards akan menambah semangat untuk Andespin agar terus berkembang dalam melewati tantangan di masa depan

 

 

 

 

 

 

 

 


Comments

Popular posts from this blog

MATA KERING MEMBUATKU KESULITAN BERAKTIVITAS

  Sebagai seorang Freelancer tentunya urusan pekerjaanku gak jauh-jauh dari yang namanya layar laptop dengan waktu hampir seharian penuh yang mana   lama kelamaan akan menyebabkan mata kering, karena menurut penelitian dengan adanya aktivitas menatap layar komputer yang berlebihan maka frekuensi berkedip mata kita secara alamiah akan menurun sehingga secara otomatis akan berpotensi menyebabkan mata kering. Selain itu seperti kita ketahui zaman era digital yang mau gak mau   sekarang banyak aktivitas yang menuntut untuk berhadapan dengan   menatap layar dari yang bermain handphone, tablet ataupun elektonik lainnya tentunya secara gak langsung otomatis berefek ke mata kering kita. Aku sempat merasa tidak nyaman dengan kondisi mata keringku, namun dengan tuntuan pekerjaan yang pada dasaranya selalu berhadapan dengan layar laptop mengakibatkan aku merasakan mata kering.   GEJALA MATA KERING Mata kering ditandai dengan hilangnya keseimbangan komponen air mata yang kemudian diikuti de

Mengembangkan Kota Layak Huni Demi Impian Masa Depan

          Mempunyai tempat hunian serta tinggal di lingkungan kota yang layak huni adalah tentu dambaan   semua orang, dengan suasana kota yang nyaman sebagai tempat tinggal dan sebagai tempat untuk  beraktivitas dapat dilihat dari berbagai indikator baik secara fisik (fasilitas perkotaan, prasarana, tata ruang, dan lainnya) ataupun secara non fisik (hubungan sosial, aktivitas ekonomi, dan lainnya). Namun sebenarnya persoalan kota layak huni ini di Indonesia ini secara umum hampir mirip dengan kota-kota besar lain di belahan dunia Dampak dari urbanisasi di kota-kota besar  telah menyebabkan kota-kota tersebut mengalami tekanan karena pertambahan jumlah penduduknya, bahwa saat ini kota-kota di Indonesia mengalami kepadatan penduduk yang tinggi. Selain itu, ketersediaan lahan perkotaan yang semakin terbatas menjadi permasalahan yang begitu penting bagi perkotaan, dan hampir setengah jumlah penduduk Indonesia berada di perkotaan  akan selalu bertambah setiap tahunnya. Pertambahan jumlah p